Sunday, November 29, 2009

PENTINGNYA PENDIDIKAN FIRMAN TUHAN DALAM HIDUP BERJEMAAT (3)

PENTINGNYA PENDIDIKAN FIRMAN TUHAN DALAM HIDUP BERJEMAAT (3)

5. Masih dalam rangka pendidikan, Rasul Paulus suka menasihati
jemaatnya, agar mereka mengikuti teladan hidupnya. Menurut
pengamatan saya, salah satu kegagalan pendidikan hamba Tuhan dewasa
ini adalah: kita tidak dapat memberikan teladan hidup kepada jemaat
kita. Sebagai contoh: Persoalan "hari Sabat". Kita selaku hamba
Tuhan dengan keras dan tegas menuntut jemaat kita memegang teguh
hari Sabat tersebut misalnya dengan menutup toko, berhenti bekerja.
Tetapi bagaimana dengan pekerjaan kita sendiri selaku hamba Tuhan?
Apakah peraturan Sabat tidak berlaku bagi seorang hamba Tuhan?
Benarkah kalau hari Sabat, yaitu sehari berhenti setelah bekerja 6
hari, dilaksanakan sebentar pada hari ini, sebentar pada hari lain
oleh seorang hamba Tuhan? Apakah salah kalau jemaat meniru teladan
hamba Tuhan tadi? Harus diakui bahwa kegagalan banyak hamba Tuhan
untuk melaksanakan hari Sabat adalah tidak diperolehnya izin dari
majelis/pengurus gereja. Tetapi apakah kegagalan mendapat izin ini
tidak terletak pada diri kita sendiri yang gagal mendidik, gagal
bekerja sungguh-sungguh selama 6 hari?! Teladan lain adalah
berbaktinya keluarga hamba Tuhan terutama kalau anak-anak masih
kecil -- belum sekolah -- apakah perlu ke kebaktian anak-anak? Dan
kalau sudah bertumbuh, perlukah mereka semua terlibat dalam
pelayanan juga? Salahkah suami istri untuk bertugas bersama-sama
keluar kota memenuhi undangan pelayanan? Salahkah kalau seminggu
sekali seluruh keluarga -- hamba Tuhan, istri dan anak-anak --
pergi bersama-sama untuk rileks? Sampai di manakah di dalam
pendidikan jemaat kita, kita membenarkan suami, karena
kesibukannya, tidak perlu mendampingi keluarganya pergi? Pernah
seorang penulis buku yang alkitabiah mengemukakan bahwa panggilan
hamba Tuhan adalah:

a. melayani Tuhan pertama-tama,
b. melayani keluarganya sebagai yang kedua, dan
c. melayani jemaat/gereja sebagai yang ketiga.

Sebagai penutup, perkenankan kami untuk mohon maaf, seandainya melalui
artikel ini, saya mungkin telah menyinggung teman-teman sejawat saya,
karena melalui artikel ini, saya tidak ingin menggurui, sebaliknya
ingin sharing observasi, sharing beban, sharing pandangan untuk
mendapatkan pandangan, pendapat, nasihat, serta bimbingan dari teman-
teman sejawat, karena bukankah kita sama-sama pelayan-Nya yang
ditugaskan untuk membangun gereja-Nya, memelihara domba-domba-Nya.
Kita wajib melaksanakan kewajiban/panggilan kita tadi dengan sebaik-
baiknya.

Catatan: Pdt. D.S. Hananiel lahir di Surabaya. Pada tahun 1934 hijrah
dan menetap di kota Malang. Karena mengalami berbagai zaman, maka
pendidikan beliau sangat bervariasi: pendidikan Belanda, Tionghoa,
Jepang, Indonesia, dan Inggris. Selama 24 tahun terdidik dan mengabdi
kepada Khong Hu Cu, Kwan Im, dan Kong Co di Kelenteng Malang. Oleh
sebab itu, beliau pada dasarnya adalah anti-Kristus. Pertobatan beliau
dimulai dari penyelidikan Kitab Suci yang tujuan semulanya adalah
untuk mencari kelemahan dan kesalahan kekristenan. Setelah menjadi
anak Tuhan, beliau menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Dan pada
tahun 1960, beliau melayani sebagai penginjil, kemudian pada tahun
1969 ditahbiskan menjadi pendeta. Saat ini melayani Gereja Eleos
Malang, juga selaku dosen dan penanggung jawab kerohanian (Kristen) di
kampus Universitas Brawijaya Malang.

======================================================================

Diambil dari:
Nama majalah: Pelita Zaman (edisi no. 2 tahun 1987)
Penulis: Pdt. D.S. Hananiel
Penerbit: Pelita Zaman, Surabaya 1987
Halaman: 45 -- 48

( DIAMBIL DARI ARTIKEL sabda.org)

No comments: