Sunday, November 29, 2009

PENTINGNYA PENDIDIKAN FIRMAN TUHAN DALAM HIDUP BERJEMAAT (2)

PENTINGNYA PENDIDIKAN FIRMAN TUHAN
DALAM HIDUP BERJEMAAT
(2)

c. Dikhawatirkan bahwa dewasa ini (kaum saya) para hamba Tuhan sudah
kehilangan wibawa untuk berkata: "Demikianlah SABDA Tuhan serta
sekalian alam!" Apakah hamba Tuhan merupakan suatu profesi atau
suatu panggilan Allah? Maklum dengan kemajuan zaman, ada banyak
tuntutan- tuntutan -- tuntutan kebutuhan pribadi, tuntutan
kebutuhan keluarga, dan sebagainya. Kasihan manusia-manusia yang
"ditakdirkan" tinggal di desa dan kota kecil yang "kering". Mereka
"terpaksa" harus belajar untuk berdikari. Gedung-gedung mewah yang
penuh sesak sudah menanti. Di situlah dibutuhkan "hsamba Tuhan".
Tidak mengherankan kalau ada orang yang bertanya: "Masih perlukah
ada gereja? Masih perlukah hamba- hamba Tuhan?" Sebaliknya,
"Perlukah saya menjadi seorang hamba Tuhan pada zaman modern ini,
yang hanya menjadi `sasaran` frustrasi manusia, menjadi `budak-
budak` tuan-tuan dalam gereja? Bukankah perbuatan yang bodoh untuk
menjadi `seperti Gembala Agung yang tidak membuka mulut- Nya ketika
diguntingi bulu-Nya?`"

Jeritan panggilan Tuhan Yesus tetap belum tercoret dari Kitab Suci
yang demikian bunyinya: "Siapakah yang dapat: Kusuruhkan?" Lihatlah
semuanya sudah menguning! Penuai begitu jarang! Maklum mentalitas
penuai modern: Berapa gajinya? Bagaimana jaminan sosialnya? Apa
haknya? Apa kerjanya?

Kaumku, para hamba Tuhan, "gelap" sudah hampir tiba! Pekerjaan masih
jauh dari sempurna. Penuai tetap (bahkan berkurang). Sudahkah kita
lupa pengorbanan Kristus yang begitu besar, berharga, dan sungguh
tidak terbayarkan!

Tekanan yang terdapat dalam Kitab Suci, kesibukan utama Tuhan Yesus
sewaktu Ia masih ada di dunia, yang diikuti oleh kegiatan para rasul,
kemudian adalah PENDIDIKAN, PENGAJARAN! Maka marilah kita MENDIDIK,
MENGAJAR, MENGGEMBALAKAN domba-domba yang sudah ditebus-Nya dan yang
dipercayakan kepada kita untuk dipeliharakan.

1. Jangan kita singkirkan dan tolak undangan-undangan luar. Maklum di
satu pihak, gereja Tuhan bukanlah gereja yang kita asuh saja.
Gereja Tuhan itu universal. Setiap hamba Tuhan menanggung kewajiban
untuk melayani semua domba Tuhan, SEJAUH MANA yang DIPERKENAN oleh
Tuhan. Pada lain segi, katak dalam tempurung. Hamba Tuhan dalam
gereja sendiri saja akan merugikan jemaat juga. Maka perlu disusun
suatu daftar prioritas berdasarkan:

a. Di manakah kita dipanggil untuk bekerja?
b. Di manakah kini kita ditempatkan Tuhan yang Empunya kebun anggur?

2. Hamba Tuhan berbeda dengan guru pengajar yang tinggal mengajar
berdasarkan kurikulum. Hamba Tuhan menyampaikan BERITA Allah,
KEHENDAK Allah, dan PENGETAHUAN Allah. Dan semua itu, selain
membutuhkan persiapan yang saksama dan bertanggung jawab, juga
komunikasi intensif dengan Dia. Hal ini tidak saja membutuhkan
waktu banyak, tapi juga konsentrasi dan ketaatan yang meminta
pengorbanan! Kalau guru pengajar sudah memiliki pedoman buku
pelajaran yang ditetapkan oleh atasan, tidaklah demikian dengan
hamba Tuhan yang perlu menggali sampai dalam, melalui pengalaman-
pengalaman hamba Tuhan lainnya, para penulis buku- buku yang tetap
memegang kebenaran "yang dari semula", juga pengalaman hidup kita
sendiri dengan Tuhan, karena bukankah kita seharusnya menyampaikan
apa yang telah "kita dengar dan alami sendiri dari Tuhan"? Melalui
pengalaman ini, yang kita peroleh kalau kita bersedia untuk
menerima pahit getir hidup, dengan menelan garam untuk diperbudak
dan diperalatnya kita oleh tuan-tuan gereja, barulah kita "berguna"
bagi anak-anak Tuhan. Dan meminjam istilah Rasul Paulus, seorang
hamba Tuhan perlu mengalami pengalaman "ditindas, habis akal,
dianiaya, ditinggalkan sendirian, dihempaskan". Ya, kita perlu
senantiasa mengalami "kematian Yesus dalam tubuh kita" (2 Kor. 4).
Dunia sudah muak dengan filsafat, politik, dan "ajaran yang
tinggi". Manusia/domba-domba Allah/anak-anak Tuhan membutuhkan
makanan yang dapat dimakan, yang bergizi, menyehatkan, enak, dan
praktis untuk diterapkan.

3. Pencobaan Rasul Paulus sebagai seorang ahli filsafat untuk mengajar
secara "hebat" sangat besar, tetapi ia memilih bahasa yang dianggap
"kebodohan" oleh dunia tetapi yang memiliki kuasa, karena firman
Allah saja yang diberitakannya. Memang dunia dewasa ini minta
"bahasa hikmat", tetapi panggilan hamba Tuhan adalah: bukan
menggunakan kata- kata hikmat tetapi kata-kata yang memiliki
kekuatan Roh (1 Kor. 2) Untuk itu, perlu ada kesetian pada firman
Allah saja! Kewajiban hamba Tuhan bukanlah memberikan impresi,
melainkan REVELASI dan REGENERASI. Di samping itu, perlu juga
MAKANAN DAGING YANG KERAS, yaitu doktrin- doktrin yang mendalam,
yang tegas, yang berani kita ajarkan, agar sebagaimana tulang
belulang memberi bentuk kepada tubuh seseorang, demikianlah kita
dapat memberi bentuk kepada gereja dan anak-anak Tuhan.

4. Kedudukan yang tinggi yang tidak dapat digantikan orang lain,
memang menjamin keberadaan kita, "dibutuhkannya" kita dalam gereja.
Tetapi Tuhan Yesus "membutuhkan" dua belas murid. Musa membutuhkan
wakil-wakilnya, para penatua. Para Rasul membutuhkan juga penatua-
penatua. Memang aristokrasi gereja tidaklah sesuai dengan pola
Tuhan Yesus dalam pendirian gereja-Nya. Hal ini ditekankan melalui
gambaran fungsi seluruh anggota tubuh yang bergantung satu pada
yang lain untuk kemudian bekerja sama-sama. Oleh sebab itu, sesuai
panggilan-Nya (Ef. 4:11-12), kita wajib MELENGKAPI, MENDIDIK,
MEMBEKALI, serta MELIBATKAN sebanyak mungkin anak-anak Tuhan dalam
pelayanan, pemerintahan. Bahaya senantiasa mengancam hamba-hamba
Tuhan, yang pada suatu saat ingin menguasai segala sesuatu, tetapi
pada lain saat "melepaskan" semua kepada anak-anak Tuhan tanpa
pengarahan, pembekalan, dan pendidikan. Akibatnya anak-anak
Tuhan/para pengerja gereja, masing-masing berbuat apa yang benar di
matanya sendiri, ini adalah merupakan pengulangan gejala pada zaman
Hakim-Hakim.

No comments: